Femind Project - Season 5
CERITA AWAL ( Kak Ins )

Namaku Bintang Perdana Putera. Seperti biasa, sore begini kerjaanku hanya duduk, diam, menertawai novel dalam genggaman, pokoknya sore begini aku selalu--dan makin--mirip Supratman. Iya, Supratman. Orang paling famous seantero kompleks perumahan. Ya, namanya juga orang gila.

Nah, itu Supratman lewat. Aduh, baru juga diomongin. Lihat Supratman, jalan dengan eloknya. Eh, bajunya udah ganti lagi! Ah, warga kompleks sini memang baik-baik. Dari mana coba Supratman terus ganti baju kalo bukan dari warga. Kadang aku suka merasa iri sama Supratman. Kenapa bukan aku aja yang jauh lebih famous. Ehm.. Bukan.. Bukan begitu. Maksudku aku kan lebih gila.

Baju dua hari sekali baru ganti, itu pun kalau ingat. Kalau nggak? Mending tanem pohon palawija lima hektar aja deh, dari pada mendengar kenyataannya. Aku juga tidak sesumringah Supratman. Itu, dia menyapa setiap orang yang lewat. Kalau aku? Lagi-lagi lebih baik jangan mengetahui kenyataannya. Rumahku nomor 82, dengan tetangga nomor 87 aja aku sudah nggak tahu siapa nama si ibu yang suaranya lantang-menantang itu. Iya, aku separah itu.

Apa aku bilang? HARUSNYA AKU KAN YANG LEBIH FAMOUS?

Tapi itulah hidup. Supratman yang diberi tumpangan rumah mungil dan nyaman saja masih sering keluar dan masih ramah. Aku yang punya rumah dengan dua kapling ini malah susah banget buat masuk ke rumah sendiri. Tapi bukan berarti--
"Maaf ya, Non, bibi tadi kejebak macet. Ada kecelakaan di jalan." aduh, bibi. Tiba-tiba datang seenak jempol kaki.
"Kecelakaan di jalan, Bi?"
"Iya, Non.. Maceeeet... Bener."
"Bukan gitu, Bi. Maksud aku kalau kecelakaannya di jalan, ya bibi coba lewat langit sanah! Katanya mantan bidadari...."
"Ah, Non.. Bisa aja.. Hehe.."
"Yaudah. Mana kuncinya cepetan! Lama tauk aku nungguin! Kalo dibuat rekreasi, nih.. Aku udah berkelana ke dua pulau tiga kabupaten!"
"I, I..ya, Non. Tapi tadi mami pesen--"
"Apa? Yang peraturan baru itu lagi?"
"Bukan, Non.."
"Terus?! Ya kali mami pesen aku suruh makan enak."
"Tapi peraturan yang lebih baru lagi, Non.."
Degg. Firasat buruk. Mami nggak pernah ngeluarin peraturan secepat ini. Selama aku hidup, paling cepat juga dua bulan baru ada peraturan lain. Ini baru dua hari. Ya Tuhaaaaan.... Semoga firasat buruk ini salah. "Ap-apa, Bi?"
======================

SEASON 1 ( Bita )

Begitulah hal yang sering ditinggalkan oleh mami dan dipesankan pada Bibi. Tidak pernah sekalipun mami lupa memberi aturan di saat liburan. Entah itu liburan sekolah, liburan kursus, liburan lebaran, liburan puasa, liburan hari nasional, sampe liburan keagamaan.

Dari hal kecil sampe hal besar, dari hal sepele sampe hal yang tidak sepele. Aku tau, mami bermaksud baekzz banget sama aku, tapi kan kalo gini caranya, sama aja dong kayak "tetep menjalankan hari seperti biasa", dengan segudang peraturan yang mami engak akan pernah lupa satu pun. Mamiku jeli banget dalam hapal-menghapal, enggak seperti aku yang kalo ngapalin sejarah aja harus mandi kembang 7 warna dulu.

"Apa peraturannya, Bi?" aku bertanya pada Bibi-- dengan takut-takut. Soalnya mami kalo ngasih peraturan selalu teliti! Gak ada yang terlewat pastinya..
"Itu, Non.."
"Apaan? Cepetlah, bi.. aku penasaran, apa harus aku mandi kembang semaleman penuh untuk mengetahuinya?"ucapku dengan sedikit ngelantur."Ehem." Bibi berdehem sebentar. "Non Bintang gak boleh main komputer, baca buku, main game, nonton anime, nonton televisi, dan... harus mandi tiap hari!"ujar Bibi. Aku tertawa terbahak-bahak.
"Enggak mungkin deh, mami kasih peraturan gitu!! Biasanya aja mami suruh aku baca buku, main game, main komputer, dan sebagainya kok!! Bibi salah nih?"
"Enggakk, Noonnn! Kok non enggak percaya sama Bibi?"
Hah? Serius nih, Bi? "Bibi ngelantur ya.."
"Enggak Non.."
"Lha terus masa liburan ini aku ngapain??" aku masih cengo.
"Bantuin bibi dan belajar-- katanya nyonya non Bintang banyak PR!"

Lemas rasanya setelah mendengar jawaban Bibi yang super-duper-ambigay- aneh banget- itu. Masa aku enggak boleh baca buku-- lha nanti aku enggak bisa menertawai buku-- dan gak mirip Supratman lagi!! Yah, walaupun si Supratman itu sudah melebihi batasnya, enggak tau kenapa yo, aku ngepens sama dia. Oke, kalian bisa ketawa.
Yah, aku cuma bisa ngangguk-angguk aja-- memutuskan untuk setuju. Walaupun rasanya enggan untuk meninggalkan kebiasaan yang sudah lekat-melekat itu.
======================

SEASON 2 ( Ami )

Belajar dan membantu Bibi? Jika dipikir-pikir... AKU. TIDAK. PERNAH. BELAJAR. APALAGI. MEMBANTU. BIBI.
Jadi aku harus mulai darimana? Kulirik buku-buku di rak ku.
"Kok komik semua ya..."
Akhirnya aku memutuskan membantu Bibi saja hari ini. Aku turun ke dapur dan melihat Bibi sedang membuat kue coklat. Ah. Kesukaanku!

"BIBI!!!" aku berkata, eh, mungkin lebih tepatnya berteriak.
Bibi melonjak sedikit karena kaget. "Astaga Non! Bibi kaget tau!" Bibi geleng-geleng
"Ehehe..." aku membuat tanda peace. "Bibi... aku bantuin ya?"
"Yakin Non?" Bibi sepertinya ngeri melihatku ingin memasak. Aku mengacungkan jempol sambil tersenyum lebar, berusaha meyakinkan Bibi. Tapi nampaknya, senyumku malah terlihat creepy.
Kemudian mulailah aku memasak, eh, membantu Bibi memasak. ( Oke aku jujur juga gabisa masak jadi bagian ini ngasal abis. )
"Non, coba pecahin telornya, 10 butir yah" kata Bibi
"Pecahin? O-ok..." aku mengambil telor lalu memecanya. Tapi...
"NON MAKSUDNYA DIPECAHIN ITU DIPECAHIN TERUS MASUKIN MANGKOK NON BUKAN DIJATUHIN KE LANTAI!!!" aku terlonjak saat Bibi menjerit histeris.
"E-eh... gitu ya..." kataku berusaha terdengar tanpa dosa. (Tapi gagal.)
"Sekarang Non bersihin telornya aja deh... Bibi yang mecahin telornya... "
"Tapi aku gamau bersih-bersih Bi... amis..."

DEG. Aku merasa seolah ada tatapan yang menusuk. Aku perlahan menoleh.
JENG JENG. Mami berdiri di belakangku. MELOTOT.
Glek.
Aku langsung lari mengambil kain pel.
Kemudian aku mulai mengepel, tapi...

"NON! ITU KAINNYA DIPERES DULU DONG SEBELUM DIBUAT NGEPEL!" Lagi-lagi Bibi kembali menjerit. Histeris.

DEG. Lagi-lagi.
Aku menoleh. Lagi-lagi mami melotot padaku. "Naik. Keatas. Sekarang. Belajar."
Aku langsung ngacir ke atas, ke kamarku.
Seketika mataku melotot melihat rak bukuku yang barusan saja masih penuh dengan komik sekarang sudah kosong melompong. Aku berlari membuka laci tempatku menyimpang laptop. Hilang juga. Aku merintih.

"Tau gini tadi aku baca komik aja gausah bantu Bibi" ucapku kesal.
Akhirnya, dengan ketidak mauan tingkat langit ketujuh, aku membuka lemari buku pelajaran, dan mengambil PRku. Yep. PR. Di saat liburan. Jahat sekali.
5 menit. 10 menit. 20 menit.
"AKU MENYERAH!" aku berteriak frustasi. Dengan kesal aku melompat ke ke tempat tidurku.
5 menit. 10 menit. Aku hanya berguling-guling. "BOSAN" aku cemberut.

Aku kembali ke meja belajar. Melihat buku gambarku yang menganggur di pojokan, aku mulai mendapat ide. Aku mencoret-coretnya. Lama-lama..........

"Y-Yaoi..." tanpa sadar aku menggambar doujin Yaoi di buku gambarku. "Gawat..." cepat-cepat aku menutup buku gambarku dan menjejalkannya di antara buku-buku lain. Sebisa mungkin agar tak terlihat.

"Gawat... Liburanku..."
======================

SEASON 3 ( Kak Linda )

Hari ini aku telah membantu bibi dalam urusan dapurnya, entah menurutnya itu membantu apa tidak. Setelah itu aku yang dipelototin mami dengan mata matanya segera menuju kamar dan belajar. Ah ternyata aku memang anak yang malas belajar pun tak sanggup dan malah menggambar tapi saat asik menggambar tiba-tiba aku teringat sesuatu yang penting ternyata aku gak bisa gambar jadi apa yang kulakukan pada buku gambar ini dari tadi? Bahkan saat seperti ini pun aku masih sempat melupakan liburanku terpentingku.

"Gawat... Liburanku!"
seharusnya kan saat liburan saat yang menyenangkan, jalan-jalan dengan teman-teman

misalnya dan ini malah liburan dengan peraturan yang tidak masuk akal.
"ah mami apa kau tidak pernah muda?" tanyaku dalam hati.
Tidak ingin tinggal diam dengan semua peraturan ini aku akan melakukan gerak cepat, secepat cowok yang udah dikasih kode-kode oleh cewek. Ya aku mulai berfikir apa yang sebaiknya dilakukan, apa aku harus kabur aja kerumah supratman atau aku terbang ke merkurius untuk menyelamatkan liburanku.
Setelah sibuk sendiri dengan pikiran pikiran yang berkeliling ini akhirnya aku dapat solusi.

"Yippppiiiiieeee, akhirnya datang juga" teriaku
"Siapa yang dateng non?" Tiba-tiba bibi sudah ada dibelakangku
"Halah Kuepo, ngagetin lagi, kalo jantungku copot gimana? emangnya mau masangin lagi?"
"enggak non bibi takut sama darah, bibi cuma mau bilang kata mami non suruh belanja ke pasar?"
"happpppaaaahhhh? mami gimana sih udah siang gini belanja, kepasar lagi. supermarket kek biar gaul dikit" omelku.
tapi sesaat kemudian ide-ide brilian mulai muncul kembali
"ahhhaaaa aku ada ide lagi" bissiku sepelan mungkin agar bibi gak mendengarnya.

Ya aku punya rencana agar aku tak lagi terjebak dalam rumah dengan pekerjaan yang
monoton, walaupun sebenarnya agak males kepasar tapi aku memanfaatkan buat jalan-
jalan dan tentunya bukan ke pasar, aku akan lebih memilih ke gamezone nantinya.
Tapi setelah semua rencana tersusun lancar dan aku sudah dandan rapi wangi,
membahana saat sampai gerbang tiba-tiba aku mendengar suara teriakan mami.

"DEG....."
=================

SEASON 4 ( Rianti Alda )

"BINTAANGG!! MANA SAYURAN PESANAN MAMA??!!!!" teriak mami dari bawah.
"I...Iya mi!! Tunggu sebentar!!" sahut ku dengan nada sedikit kesal.
Bagaimana tidak? Udah dandan keren-keren begini malah disuruh kepasar. HUH!
Tiba-tiba semua rencana ku tadi pun buyar.

Aku segera menuruni tangga menuju pintu keluar.. Saat aku sedang berjalan ke pintu, ada sesuatu yang menabrak kepalaku *DUG!*
"Awwww!!! Sakit sekali!!" teriak ku. Saat aku membuka mata, ternyata yang menabrak ku adalah SUPRATMAN!!
"SUPRATMAN! Ada apa lo kesini?!" tanya ku ketus.
"Aku disuruh mami untuk nganterin kamu ke pasar. He he he.." sahut Supratman sambil cengengesan.
"APA?! MAMI LO BILANG? ITU MAMI GUE BUKAN MAMI LO!!!! GAK MUNGKIN!!" teriakku judes.
Tiba-tiba mami sudah ada di belakang ku.
"Bintang, jadi Supratman ini supir baru kamu.. Pak Kiwir lagi pulang kampung karna istri nya sakit." sahut mami santai.
"APA MI?! DIA KAN GI......." belum selesai ngomong, mami memotong pembicaraan ku.
"Supratman itu bisa nyupir kok. Hati hati ya.. Daaah!!!" kata mami.

Mau tidak mau aku harus naik mobil yang di kemudikan oleh Supratman. Karna tidak ada lagi kendaraan lain disini.
"Bintang, ini kunci nya di masukkin kemana ya?" Tanya Supratman dengan muka sok polos.
"DIMASUKKIN KE HIDUNG!!!!!! YA KE SITU LAH!! *nunjuk lubang untuk kunci*" jawab ku ketus.
"Oh iya iya hehe terus ini abis kunci nya di puter di apain lagi?" Tanya Supratman lagi.
"DI JILAT TERUS DI CELUPIN!!!!!! YA DI HIDUPIN MESINNYA LAH!!!!!!" jawab ku tambah emosi.
Akhirnya setelah nunggu bertahun-tahun, eh enggak, cuma 30 menit, Supratman bisa menghidupkan mesin mobil dan menuju ke pasar.

"Bintang, aku ikut!" ucap Supratman sambil mengejar Bintang.
"Heh ngapain lo ikut?! Kenapa gak jaga mobil aja" jawab ku dengan nada kesal.
"Iya lagian aku tau kamu gak ngerti sayuran jadi aku bisa milihin kamu dong" ucap Supratman dengan muka tanpa dosa.
"YA TERSERAH DEH YA!!!" sahut ku ketus.

"DI BELI DI BELI DI BELI.. SAYURANNYA DI BELI YO!!"
itulah kata-kata yang selalu ku dengar di pasar.
Aku melihat daftar belanja yang sengaja sudah mami buat.
"Bayam, Cabai, Bawang, Ikan Mas, Ayam, Wortel, dan... JENGKOL! HAH? JENGKOL? YANG BENAR AJA!" teriak ku spontan.
Seketika seluruh pengunjung pasar pun menoleh ke arah ku.

Bayam, Cabai, Bawang, Ikan Mas, Ayam, Wortel, sudah ku beli. Tinggal satu. Yaitu JENGKOL!
Aku dan Supratman berkeliling pasar untuk mencari penjual jengkol dan..... NAH! KETEMU!
"Bang beli jengkol 1 kilo" kata ku.
"Satu kilo neng? Buat apaan?" tanya abang penjual jengkol.
"Kepo dih! Tinggal ambilin doang juga. Nanti saya bayar bang!" jawab ku kesal.
"Biasa aja dong neng!! Ambil sendiri aja noh!! Pilih sendiri" kata abang penjual jengkol.
"Mampus. Gue kan gak tau mana jengkol yang bagus, mana yang gak bagus. Terpaksa minta tolong si Supratman nih." kata ku dalam hati.
"Ada yang bisa di banting? Eh maksudnya di bantu?" tanya Supratman tiba-tiba. Wah kayak bisa baca pikiran aja nih orang!
"Emm.. Bisa pilihin jengkol yang bagus gak? Gue gak bisa milih nih hehe. Lo kan baik.. Ya kan ya kaaaannn" pinta ku dengan agak alay.
"Iya deh apa sih yang enggak buat kamu Bintang hehehe" jawabnya dengan tampang sok imut.

Supratman pun agak susah untuk ngambil jengkol, karna emang meja nya agak jauh dari jangkauan tangan.
Karna banyak kerumunan orang dan tali sepatu ku ke injek, tali sepatu ku jadi lepas.
Aku pun harus jongkok untuk mengikat tali sepatu.
Waktu sedang mengikat tali sepatu, tiba-tiba ada bau busuk yang sangat menyengat.

"HOY BAU APA INI?! GILE BAU NYA NYEDEK. DUSUUUUNN INI BAU APAANNNNN?!1!" teriakku.

Saat kepala ku nengok ke atas, DUER! Ternyata Supratman pas di depan aku!!!!!!!

"SUPRATMAN!! LO KENTUT YA?! BAU BUSUK! LU MAKAN APAAN?? DUSUN IHH!!" omel ku.
"Hehe iya maaf kelepasan tadi udah gak tahan banget nih. Tadi pagi, makan telor sama jengkol ehehehe" jawabnya enteng.
"APA LO BILANG??" teriakku.
"Hehe iya maaf ya.. Ini jengkolnya udah di beli" kata Supratman mengalihkan pembicaraan.


Karena sudah selesai, aku dan Supratman menuju ke mobil untuk pulang.
Saat di perjalanan, tiba-tiba.............. *DUAAAAAAAARRRRR!!!!!*

=================

SEASON 5 (Arisa)

Tiba-tiba ada petasan meledak di hadapanku dan Supratman. Supratman langsung lari terbirit-birit dan bersembunyi di belakang gerobak tukang baso. Aku hanya berkedip-kedip sekitar 100 kali untuk menghilangkan rasa kagetku akan petasan itu.

"SUPRATMAAAAAAAN!!!!!!" teriakku tidak sabar karena dia berlari begitu saja.
"Eh, I-iya, Tang (??), aku takut sama petasan," ujar Supratman sambil keluar dari belakang gerobak.
"Tang?! Siapa Tang?" ucapku bete sambil berjalan pergi. Aku berjalan menuju tempat parkir mobil. Supratman mengekor dibelakangku bagai kucing yang minta dikasih makan.
"Mobil mami kemana?" tanyaku kebingungan. Mobil mami hilang!
"Supratman...............," kataku dengan ekspresi muka Yuno Gasai, "Kamu kunci nggak mobil mami?"
Supratman bersiul-siul tanpa menatapku. Aku segera menginjak kaki Supratman dan meninggalkan Supratman dengan belanjaannya begitu saja.

Aku berjalan pulang. Sebenarnya aku mau ke gamezone. Tapi aku membayangkan betapa seramnya mami memarahiku jika mami tau. Aku berjalan kesal ke arah rumah.

"Supratman itu apaan sih?! Tiba-tiba jadi supir gue! Mami gue kesambet apa sih sampe bisa-bisanya nyuruh Supratman nge gentiin supir gue?! Udah gitu mobil mami ilang lagi! mati deh gue di marahin mami. Awas aja Supratman! Kalo dia jadi pembantu gue, gue mending pindah ke rumah temen-temen gue!" celotehku di jalan dengan keras. Orang-orang berbisik-bisik sambil menatapku. Mungkin mereka anggap aku gila. Hah! Mereka salah! Supratman lebih gila!

Di jalan, ada limosin yang membunyikan klaksonnya di sebelahku. Limosin itu berhenti, si supir limosin itu keluar. JENG. Supirnya.... Supirnya........ adalah................ Supratman!!
"Cepet sana masuk. Mami kamu nungguin di rumah! Nanti aku bisa-bisa dipecat jadi supir kamu!"
Aku menurut saja. Aku hanya megap megap ngeliat dalemnya limosin. *skip*

Sampai di rumah.......
Mami sudah menunggu dengan muka yang belum di setrika di depan teras. Aku mengambil belanjaannya dari Supratman. Mami menepuk-nepuk kepalaku. Sepertinya aku telah menyetrika kembali muka mami.

Aku bingung..... Supratman itu sebenarnya makhluk jenis apa? Lalu dia muncul dari mana? Apakah dia mata-mata? Atau.......

PRANG!!

Suara barang pecah itu terdengar dengan jelas dengan lututku yang seringkali berubah fungsi menjadi alat pendengaran. Aku segera mencari sumbernya...... Ternyata....... Supratman!

"Heh gila, lo ngapain kesini?" tanyaku.
"Katanya bibi mesti pulang kampung. Katanya adeknya sakit. Jadi aku disuruh gentiin Bibi~" jawab Supratman riang.
Tch, makhluk macam apa dia?! Ucapan gue sebelum ini jadi kenyataan bro!
"Supratman........................ Are you kidding me?"
Supratman menggelengkan kepalanya. Aku mangap-mangap sambil facepalm (?)

"Ini piringnya yang pecah disimpen dimana?" tanya Supratman dengan lagak orang idiot.
"Simpen tuh sana di muka lo!"
"Hah?! Di makan?!"
Aku berusaha sabar.
"Nggak, disimpen disana," jawabku sambil menunjuk tempat sampah.
Supratman segera mengambil pecahan piring dan menyimpannya di dekat tong sampah.
"BUKAN DI SAMPINGNYA! DI DALAM TONG SAMPAH!!!!!!!!!" teriakku frustasi.

Ya Tuhan, apa nasib liburanku ini selanjutnya??
"Bintang....," suara seram itu tiba-tiba terdengar. Kali ini aku mendengarnya dengan telingaku, bukan lututku. Siapa yang memanggilku............?


Tadaaa! Selesai season 5 nyaa~ dilanjutkan oleh......................?

Labels:


new past